Anies Penanganan Pandemi dan Lonjakan Ngeri Delta Luar Jawa
Kasus virus corona (Covid-19) di Pulau Jawa disebut mulai landai setelah penerapan kebijakan PPKM Darurat hingga berlanjut pada PPKM Level 4. Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga mengakui kasus di Jawa mulai melandai.
Namun masalahnya pandemi tak hanya terjadi dari Pulau Jawa. Kini giliran kasus di luar Jawa yang mulai melonjak naik. Kondisi penularan yang masih masif terjadi ini dinilai Jokowi karena virus corona varian delta yang lebih cepat menular kini sudah menginfeksi masyarakat.
"Angka-angka di wilayah-wilayah di Pulau Jawa sudah mulai melandai, pelan-pelan. Tetapi yang di luar Jawa gantian naik. Inilah memang varian Delta ini sangat cepat sekali," kata Jokowi, Jumat (30/7).
Berdasarkan data harian Satgas Covid-19, DKI Jakarta termasuk daerah yang menunjukkan penurunan cukup tajam. Kerap menduduki sebagai daerah dengan tambahan kasus tertinggi, kemarin, Kamis (29/7), DKI berada justru di posisi keempat dengan tambahan kasus 3.845 di bawah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Masih pada hari yang sama, DKI Jakarta juga mencatat kasus sembuh yang tinggi yakni 11.425 sehari dan angka meninggal sebanyak 27 kasus. Terbaru pada Jumat (30/7) penambahan kasus Covid-19 di Ibu Kota turun menjadi 3.454 dengan kasus meninggal 43 dan kesembuhan 11.151 kasus.
Prestasi provinsi yang dipimpin oleh Anies Baswedan ini juga berlanjut pada tingginya angka testing Covid-19. Sejauh ini, Pemprov DKI Jakarta sudah melakukan testing pada sebanyak 5.315.224 orang. Jumlah itu melebihi Provinsi Jawa Timur yang baru melakukan tes terhadap 2.037.213 warganya. Sementara Jawa Barat baru melakukan tes swab PCR terhadap 1.459.606 warganya.
Selain tracing, Jakarta juga membuka sejumlah rumah sakit darurat, dari mulai Wisma Atlet hingga sejumlah rumah susun. Belum lagi dukungan rumah sakit vertikal atau RSUP di bawah Kementerian Kesehatan, dan RSUD yang dikelola Pemprov DKI Jakarta.
Dibantu dengan penerapan PPKM Darurat hingga Level 4, upaya-upaya yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta ternyata membawa hasil berupa pelandaian kasus konfirmasi positif Covid-19.
"DKI Jakarta meski masih ada beberapa kekurangan seperti BOR rumah sakit yang sempat penuh, tapi dari segi mitigasi (3T), dia yang terbaik di Indonesia," kata Epidemiolog Universitas Griffith, Dicky Budiman, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (30/7).
Namun seperti diketahui bersama, penanganan Covid-19 di Indonesia tak bisa hanya berkaca pada DKI Jakarta. Ada 33 provinsi lainnya yang juga mesti jadi fokus perhatian penanganan pandemi Covid-19.
Sementara tren perbaikan ditunjukkan Jakarta, tren peningkatan kasus kematian justru terjadi di luar Jawa-Bali. Kasus kematian tertinggi tercatat terjadi di Lampung, Kaltim, Riau, Nusa Tenggara Timur, dan beberapa provinsi lainnya.
Kondisi tersebut menimbulkan tanda tanya besar, bagaimana menangani pandemi Covid-19 agar kasus Covid-19 menurun seperti yang terjadi di DKI Jakarta?
Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad menilai keberhasilan DKI Jakarta dalam menurunkan angka kasus positif harian tak bisa lepas dari faktor geografis. Misalnya sebagai Ibu Kota negara dan lebih dekat dengan pemerintah pusat.
Hal ini menjadi penyebab mengapa penerapan pembatasan mobilitas masyarakat seperti PPKM sangat terasa nyata di DKI Jakarta, namun terkesan longgar di daerah lain. Pembatasan mobilitas masyarakat juga membawa dampak baik pada penurunan kasus positif harian karena penularan terputus.
"Letaknya yang dekat pemerintah pusat bisa jadi faktor kenapa di DKI ada tren baik nih, ada penurunan kasus positif harian," kata Riris, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (30/7).
Pemerintah Kaji Rencana Perketat Luar Jawa-Bali BACA HALAMAN BERIKUTNYA
0 Response to "Anies Penanganan Pandemi dan Lonjakan Ngeri Delta Luar Jawa"
Post a Comment